HOAX: Definisi, Jenis, Ciri-ciri dan Cara Mem-verifikasinya


Kegiatan berselancar di dunia maya saat ini menjadi hal yang sangat sering dilakukan bagi kebanyakan orang. Saat membuka gerbang ke dunia maya, ada satu hal yang harus ada dibenak diri kita. Yakni tidak semua hal yang Anda baca di internet itu benar. Alasannya cukup sederhana, ada begitu banyak informasi atau berita palsu bertebaran atauhoax. Hal itu terjadi karena informasi sangat mudah untuk disebarkan di internet. Kata hoax adalah berasal dari Bahasa Inggris dan kini kerap muncul di berbagai media.

Pengertian Hoax

Secara bahasa hoax (synonyms: practical joke, joke, jest, prank, trick) adalah lelucon, cerita bohong, kenakalan, olokan, membohongi, menipu, mempermainkan, memperdaya, dan memperdayakan.

Itu pengertian Hoax menurut Google:

Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBBI), hoax diserap menjadi hoaks dan diartikan sebagai “berita bohong”.

Dalam Kamus Jurnalistik, dapat dartikan Berita Bohong (Libel) sebagai berita yang tidak benar sehingga menjurus pada kasus pencemaran nama baik.

Wikipedia juga mengartikan hoax sebagai berita bohong. Disebutkan, berita bohong adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya.

Menurut Silverman (2015), hoaks merupakan sebagai rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, namun “dijual” sebagai kebenaran.

Menurut Werme (2016), fake news adalah berita palsu yang mengandung informasi yang sengaja menyesatkan orang dan memiliki agenda politik tertentu. Hoaks bukan sekadar menyesatkan (misleading). Informasi dalam fake news juga tidak memiliki landasan faktual, namun disajikan seolah-olah sebagai serangkaian fakta.

Istilah lain berita bohong dalam konteks jurnalistik adalah Berita Buatan atau Berita Palsu (Fabricated News/Fake News).

Hampir sama dengan berita bohong, berita buatan adalah pemberitaan yang tidak berdasarkan kenyataan atau kebenaran (non-factual) untuk maksud tertentu.

JENIS HOAX

Dalam situs Rappler.com di sebutkan ada beberapa jenis hoax yakni:

1. Hoax proper

Hoax dalam definisi termurninya adalah berita bohong yang dibuat secara sengaja. Pembuatnya tahu bahwa berita itu bohong dan bermaksud untuk menipu orang dengan beritanya.

2. Judul heboh tapi berbeda dengan isi berita

Kebiasaan buruk banyak netizen adalah hanya membaca headline berita tanpa membaca isinya. Banyak beredar artikel yang isinya benar tapi diberi judul yang heboh dan provokatif yang sebenarnya tidak sama dengan isi artikelnya.

3. Berita benar dalam konteks menyesatkan

Kadang-kadang berita benar yang sudah lama diterbitkan bisa beredar lagi di sosial media. Ini membuat kesan bahwa berita itu baru terjadi dan bisa menyesatkan orang yang tidak mengecek kembali tanggalnya

Sedang dalam situs Wikipedia, hoax terdiri atas misinformasi dan disinformasi yang berupa:  types of mis and diinformation

  • Satire atau Parodi, dibuat dengan tidak berniat untuk merugikan, namun berpotensi untuk mengelabui.
  • Konten yang Menyesatkan, di dalamnya biasanya ada penggunaan informasi yang sesat untuk membingkai sebuah isu atau individu.
  • Konten Tiruan, Ini adalah ketika sebuah sumber asli ditiru / diubah untuk mengaburkan fakta sebenarnya.
  • Konten Palsu, berupa konten baru yang 100% salah dan secara sengaja dibuat, didesain untuk menipu serta merugikan.
  • Keterkaitan yang Salah, Ini adalah ketika judul, gambar, atau keterangan tidak mendukung konten atau tidak terakat antara satu dengan yang lainnya.
  • Konten yang Salah, ketika konten yang asli dipadankan atau dikait-kaitkan dengan konteks informasi yang salah.
  • Konten yang Dimanipulasi, ketika informasi atau gambar yang asli sengaja dimanipulasi untuk menipu.

 

7 Ciri Hoaks di Media Sosial

Menurut pengamat media sosial dari Forum Keamanan Informasi, Liza Darmawan Lumy, ada 7 ciri hoaks di media sosial.

Dilansir Antara, Liza mengelompokkan ciri utama hoaks ke dalam tujuh kategori:

1. Tidak Lengkap & Tanpa Link

Ciri hoax di media sosial yang pertama adalah informasi hanya sepotong, namun menonjolkan daya tarik bagi siapa pun yang sekilas membaca atau melihatnya.

Tidak ada keterangan waktu, nama pembuat atau kontak, tidak ada info tautan yang terpercaya. Kalaupun ada tautan (link), umumnya menyaru dengan menggunakan nama terkenal, seperti tokoh atau merek yang banyak orang kenal atau pakai.

Contoh: You can now activate the new multicolor Whatsapp! Click here to activate! http://g*2l.ink/1eop.

2. Tautan Palsu & Aneh

Ciri hoax di media sosial yang kedua adalah ada tautan palsu atau link yang aneh. Biasanya, ada di alamat URL maupun di konten website yang dituju yang dibuat serupa tapi tak sama dengan yang asli.

Masyarakat diimbau tidak mengeklik sama sekali link itu karena kerap bisa menjadi “triger” browser yang sudah disusupi malware.

3. Bahasa & Gambar

Ciri ketiga, hoaks biasanya dibuat dengan bahasa dan gambar sederhana agar mudah menyebar lewat media-media sosial, group chat, dan lain-lain.

Apalagi biasanya konten hoaks memiliki isu yang tengah ramai di kalangan masyarakat dan menghebohkan sehingga membuatnya sangat mudah memancing orang untuk membagikannya (share).

4. Data Palsu

Agar lebih meyakinkan, hoax sering dilengkapi dengan data statistik dan angka palsu, nama dan alamat palsu, tautan yang juga palsu.

5. Logika Tak Serasi

Ciri kelima, hoax biasanya ditunjukkan dengan logika yang tidak serasi misalnya ketika judul, gambar, atau keterangan tidak mendukung konten atau tidak terkait antara satu dengan yang lainnya.

6. Konten Umum

Konten yang paling sering dibuat hoaks biasanya terkait dengan golongan banyak orang, khalayak banyak, masalah yang umumnya semua orang punya, supaya cukup sekali menyebar akan terus mudah bergulir.

Konten-konten tersebut seperti kesehatan, agama, politik, bencana alam, lowongan pekerjaan, penipuan berhadiah, peristiwa ajaib, juga bisa pakai sebutan umum yang banyak dipakai seperti ‘mama minta pulsa’ atau ‘bapak kirim paket’.

7. Kalimat Persuasif

Umumnya hoaks ditambahkan dengan kalimat persuasif untuk melakukan satu tindakan sederhana.

Contohnya: ‘sebarkan minimal ke 7 orang, Anda akan bahagia!’; ‘Bagikan info ini ke 10 orang lalu lihat mukjizat apa yang terjadi!; ‘Buka tautan link berikut untuk mendapatkan hadiah Anda; https://nggak.janji.com atau misalnya ‘Viralkan, Anda akan masuk sorga!”

Alasan hoaks tetap ada

Berbagai cara telah dilakukan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat yang peduli dengan maraknya hoaks di kehidupan masyarakat. Pemerintah misalnya telah membuat pagar hukum dengan menyetujui lahirnya Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektonik, memblokir situs-situs yang menyebarkan hoaks, menangkap sindikat penyebar hoak hingga membentuk lembaga siberkreasi yang berfokus dalam menangani hoaks. Tidak hanya itu, masyarakat juga turut serta dalam menekan peredaran hoaks dengan memberikan klarifikasi terhadap hoaks. Diantaranya adalah Mafindo (Masyarakat Anti FItnah Indonesia) yang secara aktif dan peduli memberikan karifikasi akan hoaks hingga melakukan literasi media, baik dikalangan masyarakat hingga jurnalis. Lantas mucul pertanyaan, sebenarya faktor apa saja yang mempengaruhi hoak masih terus ada dan berkembang. Berikut beberapa alasan hoaks tetap ada.

  • Jurnalisme yang lemah, jurnalisme yang lemah membuat konten hoaks terus berkembang karena tidak terbiasa dengan proses verifikasi, chek dan recheck. Peran media profesional yang seharusnya membawa kecerahan dalam sebuah persoalan yang simpang siur di masyarakat semakin lama semakin tergerus.
  • Ekonomi, Faktor ekonomi yang lemah membuat peredaran hoak terus ada. Bagaimana tidak, dengan memproduksi hoaks atau mengarang berita seseorang bisa mendapatkan penghasilan yang dapat mendokrak ekonominya.
  • Internet, kemunculan internet semakin memperparah sirkulasi hoaks di dunia. Sama seperti meme, keberadaannya sangat mudah menyebar lewat media-media sosial. Apalagi biasanya konten hoaks memiliki isu yang tengah ramai di masyarakat dan menghebohkan, yang membuatnya sangat mudah memancing orang membagikannya.
  • Munculnya media abal-abal, kemunculan media abal-abal sama sekali tak menerapkan standar jurnalisme. Keadaan ini tentu semakin memperburuk kualitas informasi yang tersebar di masyarakat.
  • Pendidikan, rendahnya kualitas pendidikan membuat seseorang tidak bisa menyaring informasi yang diterimanya apalagi mencoba untuk bertindak kritis dengan membandingkan setiap informasi yang diterimannya dengan informasi yang ada di berbagai media mainstream.
  • Literasi media yang rendah, rendahnya literasi media membuat seseorang cenderung mempercayai sebuah informasi yang diterima, didapatkannya tanpa melakukanverifikasi. Rendahnya literasi media membuat seseorang cenderung untuk membagikan setiap informasi yang dapatkannya kepada orang lain tanpa mengetahui kebenaran dari sebuah informasi tersebut.

Cara Terhindar dari Hoax

Seperti yang terlansir pada halaman kompas.com, Minggu (8/1/2016), Ketua Masyarakat Indonesia Anti Hoax Septiaji Eko Nugroho menguraikan lima langkah sederhana yang bisa membantu dalam mengidentifikasi mana berita hoax dan mana berita asli. Berikut penjelasannya:

1. Hati-hati dengan judul provokatif

Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat hoax.

Oleh karenanya, apabila menjumpai berita denga judul provokatif, sebaiknya Anda mencari referensi berupa berita serupa dari situs online resmi, kemudian bandingkan isinya, apakah sama atau berbeda. Dengan demikian, setidaknya Anda sebabagi pembaca bisa memperoleh kesimpulan yang lebih berimbang.

2. Cermati alamat situs

Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi -misalnya menggunakan domain blog, maka informasinya bisa dibilang meragukan.

Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di Indonesia yang mengklaim sebagai portal berita.

Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tak sampai 300. Artinya terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di internet yang mesti diwaspadai.

3. Periksa fakta

Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi seperti KPK atau Polri? Sebaiknya jangan cepat percaya apabila informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat.
Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh.

Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif.

4. Cek keaslian foto

Di era teknologi digital saat ini , bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca.

Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.

 

5. Ikut serta grup diskusi anti-hoax

Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti hoax, misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci.

Di grup-grup diskusi ini, netizen bisa ikut bertanya apakah suatu informasi merupakan hoax atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain. Semua anggota bisa ikut berkontribusi sehingga grup berfungsi layaknya crowdsourcing yang memanfaatkan tenaga banyak orang.

Contoh Kasus

  • Hoaks tentang Bendungan Bili-Bili di Kab. Gowa Retak, Faktanya bendungan Bili-bili masih dalam keadaan aman dan terkendali setelah dilakukan pengecekan oleh pihak Polsek Mamuju Gowa.
  • Hoaks korban Musibah, Faktanya foto yang digunakan tersebut adalah foto kejadian gempa tsunami aceh 26 Desember 2004 yang disebarluaskan kembali sebagai dokumentasi korban gempa tsunami Palu.
  • Hoaks Walikota Palu Meninggal, Faktanya Walikota Palu Hidayat tidak meninggal dan kini turut melakukan tanggap daruraty gempabumi di Palu, Sulawesi Tengah.
  • Hoaks Gempabumi Susulan, Faktanya tidak ada satu pun negara di dunia dan iptek yang mampu memprediksi gempa secara pasti, konfirmasi dari Sutopo Purwo Nugroho (Kepala Humas BNPB)
  • Hoaks Gerak cepat relawan FPI evakuasi korban gempa Palu 7.7,Faktanya dalam gambar ini adalah relawan FPI membantu korban longsor di desa Tegal Panjang, Sukabumi.
  • Hoaks Mayat yang minta gempa, Faktanya gambar itu diambil dari kejadian di Sungai Siak Pekanbaru, Riau
  • Hoaks 2 Oktober Terjadi Gempabumi Lagi, Faktanya tidak ada satu pun negara di dunia dan iptek yang mampu memprediksi gempa secara pasti, konfirmasi dari Sutopo Purwo Nugroho (Kepala Humas BNPB)
  • Hoaks penerbangan gratis dari Makasar menuju Palu gratis bagi keluarga korban, Faktanya Pesawat Hercules TNI AU menuju ke Palu diutamakan membawa bantuan logistik, paramedis, obat-obatan, makanan siap saji, dan alat berat. Pemberangkatan dari Palu prioritas untuk mengangkut pengungsi diutamakan lansia, wanita dan anak-anak, serta pasien ke Makasar.
  • FPI Bantu Korban Bencana Alam Di Palu Duluan, faktanya (1) Foto pertama: Bantuan FPI di Lombok, Agustus 2018. Ketika konten yang asli dipadankan dengan konteks informasi yang salah. (2) Foto kedua: FPI membantu korban penggusuran Pasar Ikan di Batang.FPI Sukabumi Bantu Evakuasi Korban Longsor Sukabumi. Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) Sukabumi diterjunkan untuk membantu korban bencana longsor di desa Tegal Panjang, kecamatan Cireunghas, kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Tahun 2015.

 

Cara melaporkan berita atau informasi hoax

Apabila menjumpai informasi hoax, lalu bagaimana cara untuk mencegah agar tidak tersebar. Pengguna internet bisa melaporkan hoax tersebut melalui sarana yang tersedia di masing-masing media.

Untuk media sosial Facebook, gunakan fitur Report Status dan kategorikan informasi hoax sebagai hatespeech/harrasment/rude/threatening, atau kategori lain yang sesuai. Jika ada banyak aduan dari netizen, biasanya Facebook akan menghapus status tersebut.

Untuk Google, bisa menggunakan fitur feedback untuk melaporkan situs dari hasil pencarian apabila mengandung informasi palsu. Twitter memiliki fitur Report Tweet untuk melaporkan twit yang negatif, demikian juga dengan Instagram.

Kemudian, bagi pengguna internet Anda dapat mengadukan konten negatif ke Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan melayangkan e-mail ke alamat aduankonten@mail.kominfo.go.id.

Masyarakat Indonesia Anti Hoax juga menyediakan laman data.turnbackhoax.id untuk menampung aduan hoax dari netizen. TurnBackHoax sekaligus berfungsi sebagai database berisi referensi berita hoax.

 

 

Referensi:

https://kominfo.go.id/content/detail/8949/ini-cara-mengatasi-berita-hoax-di-dunia-maya/0/sorotan_media

http://zonasultra.com/ini-cara-mengatasi-berita-hoax-di-dunia-maya.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Berita_bohong

https://www.rappler.com/indonesia/ayo-indonesia/181912-sketsatorial-apa-itu-hoax

https://www.antaranews.com/berita/794234/masyarakat-disarankan-pelajari-7-ciri-utama-hoaks

https://romeltea.com/pengertian-hoax-dan-ciri-cirinya/

http://hoaxduniaindonesia.blogspot.com/